Pohon Seho, Sumber Nafkah Pendidikan Anak Kami

Editor: Redaksi
Ilustrasi | Foto Istimewa

"Kalau pohon seho dong gusur, tong pe anak so tara sekolah sudah."

Itu kalimat yang dikatakan ibu Aisah, warga yang menggarap lahan Perusahan Nusantara Perkebunan (PNP), ketika tim Malut.Co berkunjung ke rumahnya Kamis, 5 Oktober 2017.

Aisah mempunyai empat orang anak yang ke empatnya masih menjalani pendidikan. Anak pertamanya mengenyam pendidikan di salah satu Universitas Swasta di Maluku Utara, sementara dua anaknya di bangku Sekolah Dasar (SD) dan anak keduanya bersekolah Menengah Atas (SMA) di kelurahan Akelamo. Saat ditanya nama keempat anaknya, Aisayah menolak menyebutkan demi untuk melindungi nasib ke empat anaknya. Entahlah, dirinya tak mau berkomentar lebih soal identitas anaknya.

Kedatangan kami disambut baik oleh ibu Aisah yang menggarap satu hektar lahan bekas PNP. Hampir setengah jam ibu Aisah menceritakan tentang duka yang melanda dirinya dan puluhan warga Akelamo lainnya.

Dengan suara yang lantang namun raut wajah yang ditunjukan adalah wajah berkabung. Walau demikian, Aisah terus melanjutkan percakapannya bersama kami, menceritakan  jeripayahnya dalam menyekolahkan anak-anaknya mulai SD, SMP, SMA hingga ke bangku kuliah hanya dengan Gula merah hasil seduh Pohon Seho (Enau).

Hasil penyeduhan kebunnya itu dalam satu minggu terdapat tiga kali pengeringan, satu kali pengeringan menghasilkan 30 buah gula merah. Dengan posisi gula merah yang mencapai harga Rp. 22.000./buah maka total omset Aisah dalam satu minggu sebesar Rp. 1.980.000.

Keberhasilan anak-anaknya berkat hasil dari pohon seho (enau) yang airnya dibuat gula. Dengan menjual gula itulah Aisah mampu menyekolahkan ke empat anaknya itu.

Harapan dari seorang Ibu kepada para penguasa, "Berikanlah keadilan pada kami walau hanya hanya sedikit saja, agar kami dapat menyekolahkan anak-anak kami, dan anak-anak kami dapat menikmati bangku pendidikan selayaknya anak-anak yang lain," Harap Aisah.

Mendengar harapan yang disampaikan ibu Aisah suasana yang tadinya ramai dalam sekejab menjadi hening. Dalam keheningan sontak terdengar suara yang keluar dari salah seorang keluarga ibu Aisah yang kebetulan berada dalam rumah, "Mudah-mudahan lahan kami tidak akan digusur lagi." Lirihnya.

Lhy
Share:
Komentar

Terbaru