Dari Kampung TOPO, Kita Belajar Merawat Semangat Gotong-Royong

Editor: Redaksi
Para pemuda/i yang bersiap untuk gotong royong | Foto Istimewa

Oleh : Faisal Oppo Anwar
Pegiat Literasi

Orang-orang menyebutnya kampung di atas awan, berada di ketinggian Kie Matubu (gunung Tidore) kampung ini menjadi begitu eksotik. Kesunyian dengan suhu dingin jadi pembeda kampung Topo dengan kampung-kampung lain di Kota Tidore Kepulauan (Tikep)

Minggu Pagi, 13 Agustus 2017, hari ini begitu berbeda. Suasana kampung yang biasanya sunyi menjadi sangat ramai, lautan manusia sedang terjadi di tanah yang terkenal dengan jeruk manis dan bawangnya.

Tak kalah dengan acara deklarasi kandidat politik. Hampir semua masyarakat berbondong-bondong menyiapkan diri untuk bakti pengecoran mesjid Al-Awaliyah untuk kali ke-5.

Bukan hanya lelaki, para wanita pun bahu-membahu, turut serta mengambil bagian menyiapkan menu alakadarnya untuk para pekerja pengecoran. Kartini Kartini masa kini ternyata juga tangguh.

Suasana yang tidak dipredisksi sebelumnya, budaya gotong royong yang kini semakin hari tergerus oleh arus modernisasi tak berlaku di Topo.

Warga sudah bangun sejak subuh, menyiapkan segala keperluan untuk kerja gotong-royong membangun Masjid. Sekitar jam 10 Am. Mesin pengaduk beton (molen) mulai berderu, pertanda kerja segera dimulai.

Antusias masyarakat yang turut mengambil bagian hari itu, mencipta suasan haru, bahwa budaya gotong-royong warisan nenek moyang negeri para Sultan ini masih tetap survive melewati arus zaman. Tampak hampir seluruh lapisan masyarakat Topo, mulai; Topo Gam, Topo Soadara, Topo Tiga, Topo Tika Iya, Topo Bukulasa, dan Topo Pasigau dengan semangat lantang berteriak; Rubu Rame-Rame (sama-sama). Seruan sakti ini langsung menggerakkan ribuan orang bekerja.
Suasana gotong royong | Foto Istimewa
Semua tertib dalam barisan. Pasir, Krikil, Semen, dan Air di hantar dari tangan ke tangan sampai pada mesin pengaduk (molen). Seluruh pelajar, pemuda, tua-muda tidak kenal lelah bekerja hingga jelang subuh.

Suasana riuh gembira berangsur-angsur sunyi, istirahat untuk menunaikan shalat subuh berjamaah.

Setelah Shalat Subuh, pekerjaan pengecoran Masjid Al-Awaliyah dilanjutkan lagi, non stop. Saking semangatnya para pekerja tak lagi menghiraukan hidangan sarapan yang telah di siapkan para Kartini Kartini tangguh.

Ribuan masyarakat Topo telah membuktikan bahwa kerja secara bersama akan lebih ringan dan lebih cepat selesai.

Masjid Al-Awaliyah Topo menjadi bukti sahih, bahwa budaya gotong-royong di negeri ini masih terjaga, masih tetap hidup melewati segala zaman.
Share:
Komentar

Terbaru