Dufa-Dufa, dari Jalan Berlubang hingga Sejarah yang Hilang

Editor: Taufik
[caption id="attachment_3336" align="alignnone" width="600"] Kondisi jalan menuju pelabuhan Speedbooat, Angin Mamiri | Istimewa[/caption]

Penulis    : Faris Bobero
Editor     : Firjal Usdek


Satu-satunya akses jalan menuju pelabuhan Speedbooat, Angin Mamiri, di Kompleks Dufa-Dufa, Desa Gamsungi, Tobelo berubah menjadi kubangan. Lubang itu hampir tak pernah kering meski kemarau berkepanjangan.


Kompleks yang dulunya pernah menjadi lokasi strategis pusat ekonomi di Tobelo ini tampak memprihatinkan. Infrastruktur jalan berlubang. Buruknya drainase juga membuat sampah kiriman dari pusat kota tumpuk-berserakan.


Meski miskin perhatian, warga setempat tetap menjadikan lokasi tersebut sebagai tumpuan hidup. Kompleks itu menjadi harapan hidup bagi pedagang, sopir, dan motoris speeadboot. Hal ini membuat para pemuda kompleks Dufa-Dufa tak tinggal diam. Mereka berinisiatif menggalang dana dengan menjual permen dan korek api untuk membangun akses jalan.


“Jika dilakukan seperti itu, tidak sampai setahun, jalan rusak lagi,” ungkap Chikal, salah satu pemuda Dufa-Dufa, Selasa 27 Juni 2017, saat ditemui di Dufa-Dufa.


[caption id="attachment_3340" align="alignnone" width="600"] Kondisi jalan menuju pelabuhan Speedbooat, Angin Mamiri |Istimewa[/caption]

Menurut Chikal, akses jalan di kompleksnya itu pernah diukur berulang-ulang oleh dinas terkait, bahkan pernah disiram aspal. Namun, pengaspalan yang dilakukan hanya sebatas penyiraman aspal. Akibatnya, jalan masuk ke pelabuhan speedboat hancur berlubang bagai kubangan.


Alhasil, kondisi jalan kembali berlubang dan tampak seperti kubangan. Olehnya itu, Chikal bersama beberapa teman menggalang dana. Hasilnya mereka gunakan untuk membeli beberapa sak semen untuk menambal jalan yang berlubang. Sisa dana digunakan untuk membeli konsumsi untuk warga yang gotongroyong membersihkan drainase.


Kondisi Dufa-Dufa yang kian memburuk, membuat para pemuda di kompleks tersebut berinisiatif mengaktifkan kembali perkumpulan Pemuda Remaja Masjid Ataqwa (Permata), yang pernah eksis di tangan orang tua mereka di era 80an.


Awaludin, yang dipercayai sebagai koordinator Permata mengatakan, perkumpulan ini akan bergerak dari Masjid.


“Selain itu, akan kami adakan kegiatan Bacarita kampung. Dalam kegiatan ini, para pemuda bersama orang tua akan duduk bersama, membahas persoalan kampung,” ungkap Awaludin.


[caption id="attachment_3338" align="alignnone" width="600"] Kondisi jalan menuju pelabuhan Speedbooat, Angin Mamiri | Istimewa[/caption]

Dalam rapat pengaktifan Permata, para pemuda bersepakat menjauhkan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan politik, dan mengutamakan masalah penting seperti akses jalan menuju pelabuhan.


Dufa-Dufa adalah sebuah kompleks yang terletak di Desa Gamsungi, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara. Lokasi Dufa-Dufa berada tepat di pusat kota tersebut. Mirisnya, Dufa-Dufa seperti ruang kota yang diabaikan tuannya.


Pada tahun 80an, Dufa-Dufa menjadi lokasi strategis pusat ekonomi di Kota Tobelo, dimana terdapat pasar, bahkan pelabuhan transportasi antar pulau, Angin Mamiri, Pelabuhan itu satu-satunya pintu masuk warga yang tinggal di Pulau Kumo, Kakara, Tagalaya, Tolonuo, bahkan Morotai.


“Saudara-saudara kami dari pulau ketika bersekolah di Tobelo, mereka turun di sini menggunakan perahu. Selain itu, kami saling menukar pangan seperti ubi, sagu, dan lainnya,” ucap Suriyadi Alting, pemuda Dufa-Dufa.


Terlepas dari itu, Dufa-Dufa tidak hanya penting sebagai lokasi perputaran ekonomi warga, tetapi juga memiliki kekayaan sejarah yang patut dijaga.


Menurut Suryadi, di Dufa-Dufa terdapat makam Imam Besar yakni, Imam Sideba, yang menurut hikayat menjadi satu-satunya Imam yang menyebarkan Islam di Tobelo. “Ini bukan hanya soal jalan tetapi, tentang sejarah yang patut dijaga dan dipelajari oleh generasi muda,” tutup Suryadi.

Share:
Komentar

Terbaru