Tentang Bagaimana Negara Mengatasi Krisis

Editor: Redaksi
Peresensi Masril Karim (Anggota Forum Studi Toadore dan Pemuda Kaiyasa)


Baru-baru ini Jared Diamond baru saja meluncurkan buku barunya yang berjudul UPHEAVAL: Turning Points for Nation In Crisis, beruntung ada M. Ikbal Suma seorang aktivis Manado yang telah menerjemahkan buku tersebut ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “Pergolakan: Bagaiman Negara Mengatasi Krisis” dan diterbitkan oleh penerbit Global Indo Kreatif (2019) sehingga kita bisa menikamati buku ini dalam Bahasa Indoensia.
Sebelumnya, Jared Diamond telah menerbitkan beberapa bukunya, tetapi buku yang cukup familiar bagi pembaca Indonesia adalah Guns, Germs and Steel: The Fates of Human Societes, dan Colaps: How Societies Choose to Fail or Succeed,  dan yang terahir  The World until Yesterday: What Can We Learn from Tradisional Societies, ketiga buku Jared Diamond ini sudah diterjemahkan dan di terbitkan.

Di beberapa kalangan pembaca buku Jared Diamond, mereka akan mengatakan bahwa pada ketiga buku itu Jared Diamond mencoba menekankan pengaruh lingkungan kepada perilaku manusia dan memberlakukan dirinya sebagai seorang yang humanis, di buku UPHEAVAL ini ia memposisikan dirinya berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang oleh Alfan Alvian menganggap dirinya bagai seorang politisi yang sedang menganalisa tentang negara.

Tetapi apapun penyebutan terhadap Jared Diamond bagi saya itu tidak terlalu penting untuk di pertengkarkan, yang jelas lewat buku barunya ini, Jared Diamond mampu memberikan sebuah perspektif baru yang mampu menawarkan sebuah narasi melalui studi komparatif, dan mengeksploratif tentang krisis dan perbuahan selektif yang beroperasi selama beberapa dekade di 7 negara modern yang ia pernah kunjungi secara langsung, ketujuh negara itu ialah; Finlandia, Jepang, Chili, Indonesia, Jerman, Australia dan Amerika Serikat.

Tentang studi komparatif memang bukan hal yang baru terutama dalam literatur-literatur akademik, sebelumnya memang sudah banyak ditulis oleh peneliti dan penulis-penulis lainya, salah satu yang paling kontemporer misalnya buku yang ditulis oleh Daron Acemoglu dan James A. Robinson yang berjudul Why Nations Fail yang juga sudah diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Alex Media Komputindo menjadi Mengapa Negara Gagal, kedua penulis ini membangun perspektif yang kuat tentang kebijakan yang eksklusif dan kebijakan ekstraktif pada bidang politik dan ekonomi. Tidak hanya itu, Acemoglu dan Robinson juga mengkritik tiga buku Jared Diamond sebelumnya. Menurut kedua penulis itu, gagasan Jared Diamond yang dimuat dalam buku, terutama pada buku Collapse yang bagi mereka agak lemah untuk dibawah pada konteks hari ini (negara modern) dan tidak menyetuh pada aspek  mendasar yang melahirkan maslah atau ketimpangan sosial.

Saya menduga kritik itu mungkin sudah sampai di meja kerja Jared dan ia merespon itu dengan melahirkan karya baru ini dan diberi judul UPHEAVAL, yang oleh penerjemah M. Ikbal Suma mengartikan “Pergolakan”.
Lewat buku UPHEAVAL ini, Jared Diamond memberikan jawaban tentang bagaimana negara mengatasi krisis, yang ia memulai dengan krisis personal atau yang ia sebut sebagai terapi krisis personal yang dapat berhasil atau tidak berhasil terselesaikan melalui perubahan personal yang kita lakukan, begitupun dengan sebuah negara ketika mengalami krisis nasional yang juga berhasil atau tidak berhasil terselesaikan melalui perubahan nasioanal.

Lalu seperti apa Jared Diamond mendefinisikan krisis? Menurut Jared Diamond yang paling mudah untuk memahami kata krisis itu berangkat dari kata Inggris “crisis” yang diturunkan dari kata benda Yunani “krisisi” dan kata kerja “krino” yang memiliki beberapa arti terkait “pemisahan”, “penentuan”, “pembedaan” dan “titik balik”.
Sehingga kita dapat menganggap krisis sebagai sebuah momen kebenaran, seuah titik balik yakni bilamana kondisi sebelum dan sudah momen tersebut memiliki lebih banyak perbedaan satu sama lain dibandingkan dengan kondisi sebelum dan sesudah kebanyakan momen-momen lainya.

Baginya seseorang bisa saja mendefinisikan krisis dengan cara yang berbeda sesuai dengan frekuensi yang berbeda, jangka waktu yang berbeda dan skala dampak yang berbeda.
Bagi Jared Diamond Krisis dan tekanan memang selalu menghantam baik individu, kelompok atau negara yang berada disemua level. Krisis mungkin timbul dalam tekanan eksternal, misalnya pada individu selalu ditinggal pacar, atau ditinggal istri atau pasangannya, atau juga sebuah negara yang diserang atau diancam oleh negara lain. Atau krisis juga bisa timbul dalam tekanan internal, seperti seseorang yang jatuh sakit, atau sebuah bangsa yang jatuh dalam perselisihan sipil terus menerus.

Keberhasilan dalam mengatasi tekanan eksternal ataupun internal ini memerlukan perubahan selektif. Dan perubahan selektif yang diperlukan suatu negara sama dengan yang berlaku bagi individu. Setiap individu dan negara yang berada dalam tekanan krisis selalu mencari tahu  bagian mana dari identitas mereka yang sudah berfungsi dengan baik dan tidak perluh di ubah dan bagian mana yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan perlu di ubah.

Dalam sebuah krisis orang-orang selalu menemukan metode yang lebih baru atau lebih baik yang bertujuan untuk mengatasi krisis yang akhirnya membuat mereka muncul sebagai pribadi atau negara yang kuat. Atau bisa jadi yang paling menyedihkan mereka menjadi kewalahan dan kembali ke cara lama mereka atau mereka mengadopsi metode-metode penanganan yang baru tetapi lebih buruk.

Terapis mengatasi krisis telah mengindentifikasi banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan bahwa krisis personal akan berhasil diselesaikan , terapis krisis personal itulah yang dibahas oleh Jared Diamond untuk menelusuri faktor paralel yang mempengaruhi hasil krisis nasional.

Ada selusin atau 12 faktor untuk terapis  krisis yang ditawarkan oleh Jared Diamod untuk membuat seseorang akan berhasil menyelesaikan krisis pribadi-negara, kedua belas yang ditawarkan itu adalah. (1). Pengakuan bahwa sesorang dalam mengatasi krisis. (2). Penerimaan tanggung jawab pribadi. (3). Membangun pagar. (4). Bantuan dari orang lain. (5). Orang lain sebagai model. (6). Kekuatan ego. (7). Penilaian diri yang jujur. (8). Pengalaman krisis sebelumnya. (9) Sabar. (10). Fleksibiltas. (11). Nilai inti. (12).

Bebas dari kendala. Ini adalah faktor-faktor tentang penanganan krisis yang telah dirumuskan  yang dapat mempengaruhi hasil dari penanganan krisi pribadi.
Tetapi tentu saja bahwa negara tidak seperti Individu. Untuk itu kita akan melihat bahwa  krisis nasional menimbulkan banyak masalah-masalah kepemimpinan, pengambilan keputusan kelompok, Lembaga nasional dan lainya yang tidak muncul dalam krisis individu. Inti dari pemikiran ini adalah bahwa kita memang mengharapkan beberapa hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik nasional, karena individu berbagi budaya nasional, dan karena keputusan nasional pada ahirnya bergantung pada pandangan individu bangsa terutama pada para pemimpin negara yang ikut serta dalam budaya nasional.

Dengan merujuk pada selusin faktor-faktor tentang terapis krisis pribadi diatas, Jared Diamond kemudian melakukan elaborasi sebagai upaya untuk melakukan terapis krisis nasional yang telah berlaku atau terjadi pada 7 negara yang bahas dalam buku ini, selusin terapis krisis itu adalah;
Pertama, Konsensus nasional, bahwa satu negara sedang dalam krisis. Negara atau individu, mengakui atau menyangkal bahwa mereka berada dalam kirisis. Tetapi pengakuan oleh satu negara membutuhkan beberapa tingkat konsensus nasional sementara individu mengakui atau menyangkal dirinya sendiri.

Kedua, Penerimaan tanggung jawab nasional untuk melakukan sesuatu. Negara dan individu menerima tanggungjawab dan individu untuk mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah atau menyangkal tanggungjawab mereka dengan mengasihani diri sendiri, menyalahkan orang lain dan mengambil peran sebagai korban.

Ketiga, Membangun pagar, untuk mengabarkan masalah nasional yang perlu diselesaikan. Misalanya Jepang era Meiji dan Finladia. Jepang yang kebaratan-baratan dibanyak bidang, seperti, politik, hukum, sosial dan budaya lainya. Tetapi Jepang tidak menyalin Barat secara utuh, alih-alih mencari yang mana dari banyak model Barat yang tersedia yang paling cocok untuk Jepang dan memodifikasi model itu agar sesuai dengan keadaan Jepang. Begitupun dengan Finlandia yang berubah dengan melakukan diskusi dengan Uni Soviet yang komunis, mengorbankan beberapa kebebasan bertindak dan bergeser menjadi negara yang sebagian besar pedesaan menjadi negara industri modern, pada saat yang sama Finlandia tetap menjadi negara penganut demokrasi liberal.

Keempat, Mendapatkan bantuan materi dan keuangan dari negara lain. Negara dan individu dapat menerima bantuan materi dan keuangan dari negara dan individu lain. Lihat saja di Jepang, berbagai bantuan Barat  mulai dari mengirim penasehat ke Jepang dan menerima misi jepang di luar negeri hingga membangun prototipe kapal penjelajah. Selain itu misalnya juga bantuan Ekonomi dari AS penting bagi pemerintah militer Chili dan Indonesia untuk memperkuat ekonomi negeri mereka masing masing setelah kudeta 1973 dan 1965 dan untuk pembangunan kembali Jepang dan Jerman setelah kehancuran yang diderita selama perang dunia kedua.

Kelima, Menggunakan negara lain sebagai model. Seperti halnya model, sering berarti dalam menyelesaikan krisis individu, mereke juga signifikan positif atau negatif, untuk sebagian besar negara kita. Meminjam dan memodifikasi model Barat sangat penting dalam mentransformasikan Meiji di Jepang. Kediktatoran Chile dan Indonesia meminjam model Amerika (atau apa yang mereka bayangkan sebagi model Amerika) dari ekonomi pasar bebas. Australia yang sebelum perang dunia kedua juga meminjam banyak model-model dari Inggris.

Keenam, Identitas nasional.  Dari selusin prediktor hasil-hasil untuk krisis individu beberapa menerjemahkan dengan mudah menjadi prediktor krisis nasional. Salah satu yang tidak siap menerjemahkan adalah karakteristik indivdu dari kekuatan ego yang telah bermetafora  menjadi karakteristik nasioanl atau rasa identitas nasional. Identitas nasional menjadi sebuah kebanggaan bersama dalam hal-hal yang mengagumkan menjadi ciri bangsa seseorang dan menjadikannya unik. Misalnya, Indonesia, Jepang, Finlandia, Chili , Australia yang memiliki beragam Bahasa yang unik sehingga menjadi identitas kebanggaan yang kuat.

Ketujuh, Penilaian diri yang jujur. Penilaian yang jujur membutuhkan dua langkah,
pertama, seorang individua atau suatu angsa harus memiliki pengetahuan yang akurat. Tetapi itu sulit didapat, kegagalan untuk merespons krisis dengan berhasil mungkin karena kurangnya informasi dan bukan karena moral wakil dari ketidakjujuran. Langkah kedua adalah mengevaluasi pengetahuan secara jujur. Sayangnya setiap manusia yang akrab dengan bangsa-bangsa atau individu manusia lainya tahu bahwa penipuan diri sendiri adalah hal biasa dalam urusan manusia. Contoh kasus ini yang paling mudah dipahami adalah ketidak hadiranya, melibatkan pemimpin atau kediktatoran yang kuat, dalam kasus-kasus tersebut negara melakukan atau tidak melakukan penilaian diri yang jujur.

Kedelapan, Pengalaman historis krisis nasional sebelumnya. Keyakinan yang didapat karena selamat dari krisis sebelumnya adalah faktor penting bagi individu yang menghadapi krisis pribadi baru. Faktor yang sesuai di tingkat nasional penting bagi beberapa negara yang kita pertimbangkan. Contoh misalnya Jepang modern dengan kepercayaan yang berasal dari pencapaian luar biasa Jepang era Meiji dan berubah dengan cepat dan mendapatkan kekuatan yang cukup untuk melawan resiko pemotongan oleh Barat dan akhirnya mengalahkan dua kekuatan Barat, Rusia pada 1904-1905 dan pasukan Kolonial Jerman 1914. Contoh lain juga misalnya Inggris dengan sejarah keberhasilanya pada ahirnya mengalahkan Hitler dalam perang dunia kedua dengan AS dan Uni Soviet sebagai sekutu.

Kesembilan, Kesabaran dengan kegagalan nasional. Bahkan lebih dari masalah individual, masalah nasional tidak cocok untuk solusi cepat atau untuk kesuksesan yang dijamin pada percobaan untuk memecahkannya. Apakah masalah itu bersifat nasional atau individual, krisis cenderung kompleks, sehingga perlu mencoba serangkaian solusi mana yang berhasil dan dengan demikian menyerukan kesabaran dan toleransi terhadap frustasi, ambiguitas dan kesabaran. Contoh misalnya Jepang era Meiji, Jerman, Finlandia dan Jepang modern yang telah dibahas pada buku ini. Atau misalnya membutuhkan waktu selama 50 tahun dari kunjungan Perry 1853 yang tidak di undang untuk mengakhiri isolasi Jepang sebelum Jepang mampu bertarung dan memenangkan perang pertamanya melawan kekuatan barat. Atau misalnya Jerman yang membutuhkan waktu selama 45 tahun setelah pemisahan de-facto Jerman pada tahun 1945, bagi Jerman untuk mencapai penyatuan kembali.

Kesepuluh, Fleksibilitas nasional situasi khusus. Psikolog menggunakan dikotomi fleksibilitas versus kekakuan untuk mengkarakterisasi orang. Fleksibilitas pribadi berarti bahwa seseorang bersikap reseptif untuk mempertimbangkan berbagai pendekatan baru untuk suatu masalah. Ketika kita sudah beralih dari individu ke negara, contoh-contoh meyakinkn tentang fleksibiltas atau kekakuan nasional yang meresa tampaknya langkah misalnya Isalndia (tidak dibahas dalam buku ini), Islandia yang sangat bersejarah, selama berabad-abad ketika Islandia diperintahkan oleh Denmark, orang-orang Islandia sering membuat frustasi para gubernur Denmark, karena kekakuan dan permusuhan mereka terhadap perubahan yang diajukan. Selain itu juga misalnya Jepang era Meiji yang menolak untuk berkompromi tentang peran kaisar dan peran agama tradisional Jepang. Atau Australia dalam waktu yang lama menolak untuk berkompromi tentang identitas Inggrisnya.

Kesebelas, Nilai-nilai inti nasional. Nilai-nilai ini untuk individu mendasari moral seseorang dan seringkali merupakan tujuan dari keinginan seseorang untuk mati.
Bangsa-bangsa yang juga memiliki nilai inti yang diterima secara luas oleh warga negara suatu bangsa dan dalam beberapa kasus warga negara bersedia mati untuk itu nilai-nilai itu terkait dengan identitas nasional tetapi ada perbedaan. Misalnya, identitas nasional Finlandia terkait terutama dengan Bahasa dan pencapaian budayanya yang unik, tetapi nilai inti yang menyebabkan begitu banyak orang Finlandia tewas dalam perang mereka melawan Uni Soviet adalah kemerdekaan Finlandia, bahwa ahli-ahli bahasa Finlandia itulah yang dicari oleh Uni Soviet untuk di hancurkan.

Kedua belas, Bebas dari kendala geopolitik. Untuk idnividu, kendala eksternal membatasi kemampun seseorang, untuk mengadopsi perubahan selektif termasuk kendala keuangan, beban tanggungjawab untuk orang lain dan bahaya fisik. Bangsa-bangsa juga menghadapi kendala pada kebebasan memilih mereka, tetapi tipenya berbeda dengan individu-individu, yang membatasi terutama geopolitik yang dihasilkan dari tetangga yang kuat dan keterbatasan ekonomi. Misalanya Amerika secara historis tidak dibatasi karena isolasi oleh lautan luas di dua sisi, perbatasan tanah dengan tetangga yang tidak mengancam dikedua sisi lainya, Amerika bebas melakukan apa saja sesuai dengan batas wilayahnya. Selain itu misalnya Indonesia yang secara geografis dilindungi oleh lautan dan tidak ada tentangga yang mengancam dekatnya, tetapi harus berjuang untuk kemerdekaan melawan Belanda yang terletak setengah jalan ke seluruh penjuru dunia. Pemerintah Indonesia sejak awal kemerdekaan terkendala oleh masalah internal Indonesia tentang kemiskinan dan pertumbuhan populasi yang cepat.

Tentu saja ini adalah sebuah perspektif yang baru terutama bagi pembaca buku-buku Jared Diamond, karena ia membawa keluar tentang psikoterapi klinis untuk menganalisa kondisi negara terutama 7 negara yang dibahas dalam buku ini.

Ia memilih ke 7 negara ini tidak berdasarkan metode acak tetapi berdasarkan pengalama pribadinya saat melakukan kunjungan di negara-negara tersebut termasuk Indonesia, namun saya tidak lagi menggabarkan detail peristiwa-peristiwa yang tejadi dalam negara-negara tersebut yang sudah dibahas dalam buku ini, saya hanya memberikan point tentang pemikiran Jared Diamond tentang terapis krisis pribadi hingga ke negara.
Share:
Komentar

Terbaru