Screenhouse Jikosedehe Tidore Bisa Jadi Percontohan Kelompok Tani di Malut

Editor: Redaksi
Kepala BI perwakilan Provinsi Maluku utara (Foto Istimewa)

Tidore, M.id - Perhatian Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Maluku Utara (Malut) terhadap sektor pertanian, tak pernah berhenti. Hal ini terlihat dari kehadiran Screenhouse yang dibangun BI untuk Kelompok Tani Jikosedehe di Kelurahan Ome, Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Maluku Utara, Gatot Miftahul Manan, kepada Malut.id di Tidore, Selasa (17/9/2019), mengatakan bibit buah tomat yang ditanam dari jenis Batavila atau jenis bibit biasa.

"Kalau perawatan mengaplikasikan total pupuk organik MA-11 dan pemanasan sinar matahari. Jadi tidak secara langsung yang terfilter oleh screen house," katanya.

Gatot mengatakan, masa panen buah tomat di screenhouse diproyeksikan dalam waktu 1 (satu) bulan mendatang. Sedangkan alasan memilih buah tomat lebih awal, untuk mengantisipasi fluktuasi harga tomat di Ternate, sekaligus mengarahkan Tidore sebagai wilayah penyangga pasokan tomat di Ternate.

Namun sejauh ini, siklus penanaman buah tomat di Tidore belum berjalan secara kontinue. Sementara, permintaan pasar di Ternate terus berjalan. Akibatnya, tomat Tidore kerap tergerus dengan tomat asal Manado.

Sedikit gambaran, jika dihitung 6 bulan dalam setahun, atau periode Januari - Juni dengan jumlah sekira 128 petani buah tomat di wilayah Gurabunga, maka kurang lebih dalam sekali siklus musim tanam akan menghasilkan 650 ton tomat. Jika dibandingan dengan daya serap tomat di Ternate yang sehari 2 ton, bakal over.

Menanggapi hal itu, Gatot butuh penjelasan lebih jauh dengan dinas terkait. Tujuannya untuk melihat gap produksi dan permintaan secara total serta musiman. "Karena screenhouse ini jadi role model saja, untuk pengembangan gabungan kelompok tani bila dinilai efektif," jelasnya.

Sementara, Kepala Divisi Hasil Ekspor Tambang Bank Indonesia, Dwi Tugas Waluyanto, mengatakan screenhouse dibuat agar petani tetap menanam saat kondisi cuaca sedang ekstrim. "Misalnya saat kemarau panjang atau curah hujan berlebihan," katanya.

Selain itu, lanjut Dwi, screenhouse juga digunakan petani untuk melakukan tahap pembenihan. "Dengan screenhouse juga dapat mengurangi tingkat kegagalan panen yang disebabkan hama tanaman," paparnya.

Selain itu, lahan screenhouse dengan luas area sekitar 450 M2 itu, dilengkapi dengan irigasi tetes. Dengan sistem tersebut, penggunaan air untuk penyiraman menjadi sangat efisien. Hal ini tak banyak memakan tenaga. "Petani cukup buka keran, seluruh tanaman langsung tersiram dengan jumlah air yang terkontrol," terangnya.

Bahkan, kata Dwi, pemupukan juga bisa melalui air siram. Sehingga kinerja petani, baik dari segi tenaga maupun waktu, menjadi lebih efisien. "Efisien bagi petani, efisien terhadap penggunaan air, serta efektif dalam pemupukan," tuturnya.

Saat ini lahan di screenhouse sedang dilakukan ujicoba penanaman buah tomat serta penggunaan pupuk cair organik MA 11 yang diproduksi di Pondok Pesantren Hidayatullah, Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, Kota Ternate. "Hasilnya luar biasa, pohon tomat yang usia 2 bulan, tingginya sudah mencapai 2,5 meter dan buahnya sudah mulai lebat," katanya.

Ke depan, lanjut dia, akan dikembangkan untuk tanaman holtikultura lainnya, seperti cabai, bawang merah, dan lain sebagainya. "Agar hasilnya maksimal, tentu penanamannya harus bergilir. Jadi kalau sekarang menanam tomat, jika sudah panen jangan menanam tomat lagi, tapi beralih ke tanaman yang lain," jelasnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kota Tidore Kepulauan, Imran Jasin, mengatakan dengan adanya screenhouse, petani dapat menanam tomat di luar musim, khususnya kemarau. "Karena penanaman juga akan dibantu dengan pemberian pupuk organik cair," katanya.

Sedangkan untuk Kelurahan Gurabunga, Lada Ake, dan Fola Rora, diprioritaskan pada pembangunan embung, bantuan profil tank, hand sprayer, pemberian pupuk cair, serta penyediaan benih yang sesuai dengan kondisi wilayah dataran tinggi.

"Bantuan screenhouse ke gabungan kelompok tani yang lain belum bisa, karena keterbatasan anggaran. Untuk itu pengembangan embung dan profil tank serta pupuk organik cair jadi prioritas," jelasnya.

Menyentil soal jejaring pasar terkait rencana membangun industri pabrik tomat, Imran memilih mencari di luar wilayah Maluku Utara. "Mungkin bisa ke Papua, Maluku atau ke Sulawesi Utara kalau daerah tersebut kekurangan. Tapi ini semua tergantung informasi dari pelaku pasar dan apabila produksi tomat Tidore sudah ditangani satu pintu," jelasnya.

(Ols)
Share:
Komentar

Terbaru