Arkeolog Taiwan |
Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua Tim Arkeologi, Chung Chung Shiung dari Institute of Archaeology National Cheung Kung University, Taiwan. Menurutnya, yang menarik dari temuan ini adalah ditemukan kerangka manusia pada posisi diatas volcanic ash layer (lapisan abu vulkanik).
“Fosil itu bukan dikuburkan, ada hal menarik karena terdapat trauma dari benturan yang mengakibatkan keretakan di bagian belakang,” ucap Chung yang diterjemahkan oleh Dr. Widya Nayati (Ahli Peradaban Maritim Universitas Gajah Mada) sore kemarin di depan kantor Lurah Mareku pada Rabu, 11 September 2019.
Dari bentuknya, Chung menjelaskan, kerangka tersebut teridentifikasi dari Mongoloid. Salah satu yang menguatkan itu adalah dari ciri giginya. "Karena ada pengikisan di bagian gigi dan karakteristiknya orang Mongoloid,” ujarnya.
Chung dan timnya juga menemukan, pecahan gerabah hitam yang diidentifikasi dari India dan sebuah kapak dari batu yang sudah dibentuk. Ia memperkirakan masanya di awal 1-10 masehi.
Gerabah yang di Temukan Oleh Arkeolog Taiwan |
Semantara itu, di tempat yang terpisah, Chung juga menemukan berbagai pecahan keramik. Corak warnanya teridentifikasi dari Cina dinasti Shung abad ke 10. Sementara keramik yang ditemukan di perkampungan warga adalah dari dinasti Ching abad ke 17.
“Yang sangat menarik lagi, dari temuan yang di atas (Gam Tina) ditemukan keramik yang diidentifikasi sebagai keramik Persia, karena corak warnanya hijau seprti burung merak,” ujarnya.
Diketahui, penelitian ini atas kerja sama Cheung Kung University dan Universitas Gajah Mada yang terdiri dari sepuluh peneliti dari Taiwan dan lima penelitin dari Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kehidupan sebelum kerajaan Tidore. Tentang kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami Tidore sebelum kelurahan Mareku serta pola kehidupannya.
Dari hasil penelitian tersebut, akan dipamerkan serta dipresentasikan di kantor Lurah Kelurahan Mareku pada Jumat (Besok, red), 13 September 2019 pukul 14.00 – 20.00 WIT
(Ir)