Manado Itu; Kota Intelektual Yang Terbuat Dari Kasih

Editor: Taufik
[caption id="attachment_2815" align="alignnone" width="600"] Foto bersama Alumni Manado lintas Generasi | Malut.Co[/caption]

Apa yang kita ingat tentang Manado? Selain rasa toleransinya yang sudah cukup melegenda di bumi Nusantara. Membaca Manado mungkin hanya perlu beberapa jam, namun menghilangkan kenangan tentang kota ini, apalagi yang pernah menetap bertahun-tahun, merantau menuntut ilmu di kota Dr Samratulangi ini. Kita mungkin butuh usaha super ekstra untuk sekedar memberi jeda pada masa kini, amnesia barang beberapa detik pada masa lalu untuk tak membicarakan aroma Tinutuan yang terbuat dari kasih. Segalanya melekat begitu kuat dalam ingatan.


"Kami terdidik dengan semangat Egaliter, Pluralis, Liberal, Sekaligus Fundamentalis sehingga menjadi bekal untuk berkarya di Maluku Utara" tutur Anshar Gunawan (Direktur PDAM Tidore Kepulauan) yang pernah merasakan gesitnya era 80-an di Bumi Nyiur Melambai. 


[caption id="attachment_2811" align="alignnone" width="600"] Foto bersama Alumni Manado lintas Generasi | Malut.Co[/caption]

Manado dari zaman ke zaman, selalu menciptakan rasa yang sama. Dari zaman alm. Haruna, alm Rustam Conoras, Syamsir Andili, sampai ke zaman Muis Djamin, dinamika intelektualnya tetaplah paling menonjol. Menyebut alumni Manado dengan koleksi buku berjejer-jejer bukanlah sesuatu yang sulit, di kalangan alumni ada 3 hidayah; Hidayah membeli buku, hidayah membaca, hidayah diskusi dan menulis. Dalam diri Ade Adam Noch, Dr Saiful Bahri Ruray, Yusuf Hasani ketiga hidayah ini rasa-rasanya turun kepada mereka, langsung tanpa perantara. Ada juga Dr Janib Ahmad, sempat menempuh S3 di Italia, kotanya Leonardo Da Vinci dan Maria Gaentana Agnesi. Sekarang sebagai dekan fakultas Perikanan. Tersebut juga, Anwar Husen, Kadis Pariwisata Provinsi. Rahmi Husen, mantan ketua KPU, anggota Deprov Malut (aktif). Subronto Aji, yang kini jadi peneliti. Yakub Jumadil, pemred Teropong Timur. paling junior Nahrawi Djalal, staf ahli DPR RI.


"Orang yang paling bodoh adalah orang yang meminjamkan buku, dan yang paling bodoh lagi orang yang sudah meminjam buku dan mengembalikannya."


Anekdot ini sering kita dengar sebagai orang yang pernah menuntut ilmu di bumi nyiur melambai. Buku adalah hal paling sangat berharga bagi seorang penuntut ilmu, ibaratnya buku bagi Bung Hatta, ketika beliau diasingkan ke Boven Digul, berpeti-peti buku yang ikut beliau bawa. Karena bagi bung Hatta, buku adalah satu-satunya harta terbaik beliau, yang akan menjadi warisan bagi anak-anaknya kelak.


"Manado Memang Fasung" tema yang diambil pada buka puasa bersama (bukber) hari ini, sabtu 10/06, merupakan antitesa dari "Torang Samua Basudara"


Kata seorang alumni Manado, yang lebih hebat membaca sajak, atau menulis sajak, ketimbang menyanyikan pasal-pasal KUHP, namun nyatanya beliau memilih fakultas hukum tempat memadu kasih. Marwan Hamzah SH. "Zaman sudah berubah, kita sudah seharusnya juga sedikit berubah dalam kenangan. Ketika orang menyebut Manado, bukan lagi wajah Mangindaan atau Sarudjayang yang kita ingat, tapi Pinkan Mambo, Angel Karamoy, atau Sandi Aulia. Manado memang Fasung!" Tegasnya.


[caption id="attachment_2807" align="alignnone" width="600"] Marwan Hamzah SH. [/caption]

Buka puasa bersama yang digelar di kediaman Rahmi Husen, Kelurahan Jati. Semacam menegakkan kembali segala aroma masa lalu. Masa-masa aktivis dengan sederet problemnya jadi bahasan paling semangat. Direktur WALHI Malut, Ismet Soleman. Kepala RSUD Halteng, Hadijah Rajak, Endi Biaro, ikut larut dalam pembahasan.


Sedikitnya ada 4 alumni yang memberi testimoni motivasi mewakili sederet nama-nama beken dalam bukber itu, semacam wejangan pada yang seangkatan, juga pada adik-adik yang baru saja menyelesaikan studynya di Manado.


Dimulai dari tuan rumah, Rahmi Husen; Wadah berkumpul seperti ini harus terus dirawat, karena manfaatnya sangat besar. Selain memperpanjang umur silaturahmi seperti ini bisa menjadi tempat saling berbagi meringankan beban sesama jika ada yang ditimpa musibah.


[caption id="attachment_2810" align="alignnone" width="600"] Rahmi Husen[/caption]

Sedang menurut Anshar Gunawan; Penting kiranya silaturahmi seperti ini, selain sebagai ajang bertukar informasi juga untuk merawat ingatan. Lewat testimoni singkat itu beliau mengusulkan untuk ada lagi silaturahmi semacam ini di kota Tidore Kepulauan. "Insha Allah kami akan menjadi tuan rumah yang baik, jika kanda-kanda dan adik-adik sekalian berkenang bukber di Tidore."


Sementara menurut DR. Djanib Ahmad; Sebagai warga intelektual, kita harus terus berkontribusi bagi daerah, kita harus menjadi generasi yang bukan hanya tau menciptakan peristiwa (sempat melirik sekretaris DPD II Golkar Kota Ternate), kita harus tampil sebagai solusi bagi daerah tercinta ini.


Testimoni terakhir dari Marwan Hamzah SH; Bahwa kita harus terus merayakan perbedaan lewat silaturahmi seperti ini, selain kita bisa saling tahu kondisi masing-masing, kita juga tak akan pernah lelah saling membesarkan.


Hadir juga dalam acara bukber dan temu kangen tersebut; Mayor Ruslan Hafel, Ketua Aji, Mahmud Ici, Advokat, Maharani Caroline SH. Anggota DPRD Kota Tenate Djunaidi. Sofyan Husen, Anggota DPRD Kota Tidore Kepulauan, Ardiansyah Fauji, dan sejumlah alumni muda yang tampak membaur dalam acara.


Acara semacam ini akan diagendakan lagi sabtu depan, buka puasa bersama jilid II yang direncanakan di Taman Tugulufa Kota Tidore Kepulauan pada 17 Juni 2017 mendatang dan akan menghadirkan Seluruh Alumni Manado yang tersebar di Maluku Utara. 


Irwan Basri. 

Share:
Komentar

Terbaru