Tarian Dayak di Mata Penari Asing: Sulit dan Spiritual

Editor: Taufik

Berlatar belakang seorang penari dan seniman,GuillaumeSanchez berkata, pengalamannya di tanah suku Dayak itu memberikannya lebih dari yang diharapkannya,


Guillaume Sanchez adalah seorang penari dan seniman asal Prancis yang bertekad mengelilingi dunia untuk belajar tarian-tarian daerah dari berbagai pelosok di dunia. Proyek ini dinamakannya 'Dance around the Globe" atau tarian di seluruh dunia.


Kalimantan adalah tempat yang pertama muncul di kepalanya karena berkat sepupunya, Pierce Vaughn, yang telah tinggal di Kalimantan sejak 2010. Pierce jugalah yang mendokumentasikan proses latihan Guillaume di Palangkaraya.


"Kalimantan adalah tempat yang sangat unik dan orang-orang tidak tahu apa-apa tentang tempat ini. Kami beruntung mendapatkan tempat yang cantik dan tarian yang menarik untuk dipelajari", ungkap Pierce.


Pada akhir 2015 Guillaume mendapat kesempatan dilatih langsung selama tujuh hari oleh beberapa penari Dayak ternama. Namun sebelumnya, mereka menguji kesungguhan Guillaume terlebih dahulu.


"Saat pertama Guillaume datang saya sendiri sih kaget, Guillaume ini siapa sih mau belajar tarian dayak, dia saja sendiri orang asing. Itu yang membingungkan," kata Nino, panggilan akrab dari Trisno Edi Supriyanto.


"Tapi karena dia membuktikan bahwa ia bersungguh-sungguh, betul dan siapa belajar apapun itu, yah oke, kita ajarkan."


Selain itu, sebelum memulai proses latihan, Guillaume harus memahami kehidupan orang Dayak terlebih dahulu.



  • Suku dayak Benuaq: Menjaga hutan, merawat warisan budaya ulap doyo

  • Upaya komunitas Adat Muara Tae pertahankan hutan


Selama latihan, Guillaume pun mengaku mengalami berbagai kendala. Yang paling membekas adalah kakinya yang lecet-lecet akibat menari tanpa alas kaki.


"Kaki saya luka-luka karena ketika saya menari di negara asal saya saya menari dengan mengenakan sepatu dan di sana mereka menari dengan kaki telanjang. Itu mungkin perubahan yang paling kuat yang saya hadapi", ingat Guillaume.


"Lalu tidak ada cermin. Saya tidak terbiasa menari tanpa cermin."


"Dan tidak ada musik. Mereka menyanyikan musik, tidak menggunakan pemutar CD. Tidak bisa selalu ada penyanyi di sana untuk mengulangi lagu pengiring tarian. Saya belajar tanpa musik selama 3 hari baru kemudian menggunakan musik. Bagi saya ini sangat sulit."


"Dan ada banyak tes mental yang membuat saya frustasi pada awalnya. Karena itu sangat spiritual."

Share:
Komentar

Terbaru