Tak Sesuai Konsep, Gugu Gia Sigololi Ternate Tetap Raih Rekor Muri

Editor: Redaksi
Pemberian Rekor Muri
Ternate, M.id,- Gugu Gia Sigololi Kie yang menjadi salah satu item Creative Cities Festival (ICCF), dengan melibatkan 42 ribu warga Kota Ternate itu hanya berlangsung sejumlah titik kelurahan tidak sesuai konsep awal, terputus putus di beberapa kelurahan. Meski begitu kegiatan yang diklaim melibatkan 42 ribu warga di Kota Ternate, mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri).

Dalam pantauan malut.id, Sabtu 6 September 2019, sejak pukul 16.30 sejumlah kelurahan di kecamatan Ternate Utara seperti Tarau, Sango, Tabam, Tafure tidak tampak antusias warga. Padahal belasan warga sudah menunggu, bendera yang diarak menyambung dalam pegangan tangan sudah terputus di kelurahan Sangaji Utara.

“Tong baku tunggu dari jam satu siang sampe sore tara lia dong p rupa,” ujar Dani, salah satu warga Tarau yang antusias menyukseskan kegiatan tersebut.

Bahkan di kelurahan Tarau terdapat bentangan spanduk penolakan atas nama pemuda setempat. Sementara itu, Di kecamatan Ternate Barat, kondisi jalan terlihat lengang dari Kelurahan Bula hingga Sulamadaha. Di Kecamatan Pulau Ternate, kondisi jalan pun tampak lengang.


"Seperti di Kelurahan Jambula - Kastela dan Kastela - Rua," ungkap Sejarawan Universitas Khairun Ternate, Irfan Ahmad, yang juga antusias menunggu di Kastela. Ia menilai antusias masyarakat atas keterlibatan mereka dalam kegiatan ini sangat tinggi. Namun beberapa lokasi tidak terisi penuh oleh peserta.

"Sayangnya, menurut saya tidak terkonsolidasi dengan baik. Sehingga sebagian ruas jalan tidak terisi. Artinya tidak terjadi peluk gunung," tuturnya.

Menurut dia, kegiatan yang berlangsung pada sore tadi sangat luar biasa, karena melibatkan banyak masyarakat dari seluruh kelurahan.

Senada dengan itu, Eman (nama samaran), selaku pegiat komunitas seni, mengatakan acara Gugu Gia Sigololi Ternate ini gagal total. Sebab semangat persatuan yang disampaikan panitia, menyisakan kebingungan di kalangan masyarakat. "Apalagi rekor Muri yang dikejar tidak terbukti di lapangan," tandasnya.

Terpisah, Ketua Jaringan Komunitas Ternate (Jarkot), yang tergabung dalam kepanitian ICCF, Zandry Aldrin, kepada Malut.id, mengaku telah berkoordinasi dengan pihak lembaga penyiaran Radio Republik Indonesia (RRI) Ternate untuk merelay sirine, sebagai tanda dimulainya prosesi.

Bahkan, kata Zandry, pihaknya telah membuat posko di beberapa titik untuk mengkordinir kegiatan tersebut. Namun gerakan peserta seakan tak terarah dengan baik. "Mungkin di beberapa titik belum berjalan maksimal, karena lemahnya koordinasi. Kami minta maaf," tuturnya.

"Tapi kami sangat mengapresiasi dan benar-benar hormat atas apa yang telah masyarakat lakukan hari ini, sebagai bentuk kemauan untuk merangkul dan bekerjasama untuk satu tujuan," tambah Zandry.

Zandry menambahkan, dari sini kegiatan ICCF telah selesai. Namun di pundak komunitas - komunitas Ternate, ada tantangan yang harus dibuat agar mendapat impact positif terhadap Kota Ternate.

Terkait penghargaan rekor Muri, kata dia, berdasarkan informasi dari tim penilai, kategori yang di dapat adalah bergandengan tangan dengan peserta terbanyak. "Artinya, mereka (panitia) tidak permasalahkan putus atau tidaknya (peserta). Karena yang dihitung adalah jumlah peserta," katanya.

Menanyakan bukankah yang dipahami warga dari skema Gugu Gia Sigoloi Ternate adalah berpegang tangan mengelilingi gunung, Zandry menyerahkan ke bidang koordinator. "Secara teknis, item tersebut ada di Imanullah," tutupnya.

Terpisah, Koordinator Gugu Gia Sigololi Ternate, Imanullah, baru merespon pertanyaan yang dikirim malut.id lewat pesan singkat  "Maaf, handphone mati. Nanti saya kirim (jawaban atas terputusnya peserta Gugu Gia Sigololi Ternate)," tandasnya.

(Red)
Share:
Komentar

Terbaru