'Bagoyang Simpatik', Cara Bapenda Tidore Genjot Pajak Menuai Kritik

Editor: Redaksi
Foto Istimewa
Sumber Google
Tidore, M.id, - Lomba bagoyang simpatik atau sinergitas mitra pajak Tidore Kepulauan, yang dibuat Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Tidore Kepulauan menuai kritik. Mereka menilai, kegiatan ini tak sejalan dengan program 'kota santri' yang dicanangkan Walikota Ali Ibrahim dan Wakil Walikota Tidore, Muhammad Senen.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Tidore Kepulauan, Guntur Abd Rahman, melalui keterangan tertulis yang diterima Malut.id di Tidore, Selasa (17/9/2019), mengatakan, kegiatan ini sangat tidak etis.

"Tidak baik dipertontonkan ke generasi serta masyarakat umum lainnya. Apalagi syaratnya wajib diunggah di media sosial. Bagi saya, kegiatan ini sangat tidak bernilai dan tidak pantas dilaksanakan di kota santri ini," ucap Guntur.

Bagi Guntur, kegiatan berjoget ini sangat tidak lazim untuk digelar, apalagi Pemerintah Kota Tidore telah menggagas Tidore sebagai kota santri. "Selaku ketua Dewan Mesjid Indonesia Kota Tidore Kepulauan, saya sangat tidak setuju dengan kegiatan ini. Apalagi dikonteskan dan dipertontonkan serta dihadiahi uang dan lain-lain," tuturnya.

Menurut dia, sebagai kota santri, Pemkot Tidore perlu perbanyak kegiatan-kegiatan berbau Islami, dengan melibatkan lembaga atau organisasi Islam lainnya. "Jadi saran saya, sebaiknya Bapenda berembuk kembali dan mendiskusikan kegiatan yang memiliki dampak postif kepada masyarakat," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Tidore Kepulauan, Abdul Rasyid Fabanyo, mengatakan bahwa lomba joget tersebut tidak dibuat di tempat terbuka. "Semisal di lapangan terbuka gitu, kan tidak," katanya.

Dijelaskan Abdul, mekanisme perlombaan adalah, peserta yang memilih lokasi bergoyang. "Jadi misalnya di rumah, mereka goyang sambil video, lalu hasilnya dikirim ke panitia. Nanti dinilai, oh ini goyangannya kurang bagus, oh ini heboh, hanya itu. Ada hadiahnya juga, bisa dilihat di pamflet, ada beberapa kategori itu," bebernya.

Menyentil soal korelasi antara goyangan simpatik dengan target pajak, kata Abdul, dalam lagu ada imbauan dan pesan. "Di situ (lagu) ada pesan, jangan lupa bayar pajak demi pembangunan Kota Tidore Kepulauan. Jadi kami coba melakukan inovasi melalui lagu," jelasnya.

"Memang ide bagoyang ini berangkat dari inisiatif saya secara pribadi. Sempat saya pikirkan, kira-kira formatnya seperti apa. Nah' melalui ini, setelah mendengar lagu orang akan ingat, oh iya kita diimbau bayar pajak, jadi tidak ada tendensi dari pihak manapun," tambahnya.

Lantas apakah ide kreasi ini bakal efektif? Abdul menanggapi optimis, bahwa rata- rata semua orang hoby mendengar musik. "Semua orang suka dengar lagu. Jadi mungkin dengan imbauan atau sosialisasi lewat lagu ini, ya menurut Anda sendiri bagaimana? Karena kecil - besar suka dengar lagu," ucapnya.

(ols)
Share:
Komentar

Terbaru