LOGIKA SEORANG ANAK MISKIN

Editor: Redaksi
Ilustrasi

Oleh :  Kolonel Laut (P) Rizaldi, SE.
Danlanal Ternate

Sebuah Teori terbalik dimana masa depan menjadi pilihan hidup yang suka tidak suka harus dijalani atau dilakoni. Pilihan hidup seorang anak miskin yang ditetapkan oleh seorang Kaya, dimana pilihannya adalah Menerima alat pancing yang berharga jutaan rupiah atau Menerima Sejumlah Ikan? Pilihan harus sudah ditentukan dan diputuskan untuk selanjutnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata. 

Sebuah ilustrasi sederhana: Seorang Kaya pemilik kapal ikan Pancing Tuna di suatu daerah tanpa sengaja telah melihat di tepi dermaganya, seorang anak kecil miskin dengan pakaian yang nyaris robek karena rapuh sedang memungut ikan Tuna yang di buang oleh pemilik kapal dipinggir dermaga karena dinilai telah rusak dan tak layak di jual. Namun kenyataan berkata lain, anak miskin bernasib apes bahkan nyaris dituduh telah mencuri ikan milik seorang kaya tersebut. Maka, seorang kaya secara bijak menawarkan pilihan kepada anak miskin untuk masa depannya, sebagai berikut : Aku memberimu pilihan hidup dan tentukan pilihanmu sekarang, yaitu: "Memiliki pancing dengan harga Jutaan rupiah atau Memiliki 10 ekor ikan Tuna dengan berat total 700 kg." 

Dengan kecerdasan dan Kepolosan anak miskin tersebut, maka Dia memilih untuk Memiliki 10 ekor ikan Tuna dengan berat total 700 kg. Seorang Kaya dengan wajah merah murka langsung menghardik anak miskin tersebut, sambil berkata "Dasar anak miskin, tahukah kamu bahwa memiliki pancing apalagi harganya mahal akan jauh lebih bermanfaat daripada memiliki ikan tangkapan dalam jumlah sedikit. 

Karena ikan akan cepat habis di makan atau dijual, tetapi dengan alat pancing justru kamu akan dapat menghasilkan ikan secara terus menerus sehingga keluargamu akan sejahtera." Anak miskin dengan wajah sedih dan berlinang air mata menyampaikan alasan logis bagi Dia dan keluarganya yang miskin. 

Jawaban lugu dan polosnya justru menarik untuk dianalisa, sebagai berikut, "Wahai Tuan kaya raya coba dengar dan simaklah ungkapan isi hatiku. Tuan boleh saja menghinaku sesuka hati, tapi alasanku memilih memiliki ikan seberat 700 kg, yaitu:

1. 10 ekor ikan tuna yang Tuan berikan akan ku jual di dekat rumahku karena  tetangga-tetanggaku suka makan ikan laut

2. Ikan akan jual dengan kisaran harga: tertinggi Rp 150.000/kg untuk ikan tuna kualitas baik dan Rp 100.000/kg untuk ikan tuna kualitas Biasa. Sehingga apabila ikan tunaku terjual habis, maka keuntungan yang akan Aku peroleh berdasarkan kalkulasi Matematika SD adalah: a. Ikan tuna kualitas baik: Rp 150.000,- x 700 kg = Rp 105.000.000.- Namun apabila ku jual cepat, maka: b. Ikan tuna kualitas biasa: Rp 100.000,- x 700 kg = Rp 70.000.000.- Sedangkan harga alat pancing/set yang Tuan berikan kepadaku hanya berkisar harga Rp 1.000.000,- s.d Rp 1.500.000,-. 

3. Memiliki uang penjualan ikan tuna sebesar Rp 70.000.000,- sebagai modal awal, maka aku akan mengatur pengeluaran keuanganku dengan rincian: a. Aku akan beli Alat Pancing 10 set x Rp 1.500.000,- dan total harga Rp 15.000.000, b Aku akan sewa 1 kapal pancing tuna/trip dengan harga sewa sebesar Rp 35.000.000, c. Aku akan bayar gaji tenaga pemancing sebanyak 5 orang dengan gaji 1 trip Rp 1.000.000,-/orang, dengan total sebesar Rp 15.000.000,- d Sedangkan sisanya Rp 5.000.000,- akan aku gunakan: 1) Aku tabungkan Rp 2.000.000,- 2) Untuk makan keluargaku Rp 2.500.000,- 3) Rp 500.000,- akan aku sedekahkan ke tetanggaku yang juga miskin untuk berbagi dengan sesama, sehingga mereka juga akan membantuku dan keluargaku atau paling tidak mereka akan terus mendoakan untuk kemajuan usahaku.

4. Sebagai seorang anak, maka Aku punya hak juga untuk bermain bersama teman- temanku di dermaga pelabuhan bongkar ikan. 

5. Sambil bermain, aku bisa menunggu kapal ikanku membawa hasil tangkapan dari laut dan teman-temanku juga dapat mengikuti jejak langkah keberhasilanku dengan mengumpulkan sisa-sisa ikan yang dibuang di dermaga. 

7. Ikan-ikan yang teman-temanku kumpulkan akan aku beli kembali dengan harga murah. Lalu ikan-ikan tersebut
akan aku bersihkan, aku beri garam lalu aku jemur menjadi ikan asin. Akhirnya aku jual kembali ke pasar. Keuntungannya akan aku jadikan tambahan modal usaha perikananku dan membiayai keluargaku.

8. Aku juga dapat menyalurkan hobiku memancing ikan mengikuti kapal pancing, bisa berbisnis, bisa membantu sesama, bisa bermain bersosialisasi dan bahkan aku bisa mengurangi angka pengangguran di sekitar rumahku dengan membuka lapangan 
kerja baru. 

9. Akhir dari Cerita hatiku kepadamu Tuan Kaya Raya yaitu Cita-cita ku adalah menjadi reka usaha mu untuk mengembangkan usaha perikanan di daerah kita yang dikenal sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) guna mensejahterakan masyarakat nelayan di wilayah kita. 

Demikian Obsesiku wahai Tuan. Patut direnungi: Itulah potret hidup Seorang anak miskin dengan pemikiran inspiratif, dewasa menatap jauh masa depan yang terbentang luas dihadapannya sebagai peluang. Si anak miskin telah menemukan dan mengumumkan kepada dunia tentang 
konsep berfikir diluar kebiasaan, diluar lingkaran rutinitas dan cara berfikir terbalik yang sederhana namun teramat cerdas bila dikaji lebih dalam lagi.

Logika Irasional seorang anak miskin mampu mengalahkan realitas pemikiran 
Dewasa seorang kaya raya. Dalam kehidupan nyata di sekitar kita, dimana kita seringkali diarahkan pada cara berfikir yang terpola. 

Konsep berfikir yang selalu dibatasi dan mengikuti maunya Teori, sehingga kita akan tetap berada di dalam koridor dan track sesuai aturan main dengan kecenderungan berada dalam zona aman serta nyaman sebagai Seorang Safety Player. 

Penemuan suatu Konsep Teori oleh para pakar senantiasa berlandaskan penelitian, berkiblat pada literatur kepustakaan dan bermahzab pada pengalaman, sehingga setiap keputusan yang diambil dianggap benar-benar Sahih, aplikatif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun bagaimana halnya dengan Logika berfikir seorang anak miskin yang memiliki cita-cita menjadi Orang yang sukses kelak dengan cara pandangnya sendiri? Bahwa logika sederhana sebagai sebuah pemikiran SEORANG ANAK miskin dari keluarga tak berdaya, mungkin dapat menjadi inspirasi bagi BANYAK ORANG DEWASA dan menjadi Kajian bersama. Bahwa Teori tidak selamanya harus benar, tidak harus dipaksakan dengan kekinian. Tapi Teori dibutuhkan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan masalah dihadapan kita. 

Bisa jadi keberhasilan seseorang berdasarkan pengalaman hidup pribadinya tanpa  berbekal Teori sekolahan namun mampu di praktekkan dalam setiap masalah. Antara Teori dan Praktek, seperti berjalan diantara alam sadar nyata/praktek atau di alam mimpi/teori. Namun saling membutuhkan dan menguatkan. Semuanya tergantung kita sebagai Aktor atau Lakon dalam berperan di dunia ini.



Share:
Komentar

Terbaru